Tertampar!
Hari ini aku buka bersama. Tak seperti biasanya
bukber ku ini bukber berkesan dan mungkin mengingatkanku dan mungkin
menamparku. Buka bersama ini sekaligus reunian teman-teman mts. Ya, ini bukber
mts ku setelah kita ga ngadain bukber hampir setahun. Lama tak jumpa dengan
mereka sahabat polosku. Sahabat sekelas tiga tahun lamanya. Rasanya, mereka
seperti berubah menjadi manusia lain. Atau aku yang berubah menjadi manusia
lain.
Perubahan yang terjadi pada teman-temanku ini
lumayan signifikan. Aku seperti tertampar dan melihat diriku seperti titik debu
yang diterpa angin. Tak ada artinya. Mungkin itu sebutan yang tepat.
Bukber kali ini diadakan dirumah salah seorang
temanku. Sekarang ia tengah menempuh pendidikan di UNESA. Tak jauh untuk kesana
dari rumahku. Hanya 20 menitan dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Karena aku
tak tahu dimana tepatnya rumah temanku ini, kami berkumpul di depan rumah sakit
kota dekat SPBU.
Awalnya, aku ingin berangkat akhir. Namun, karena
aku tak tahu jalannya ku berangkat jam setengah 5. Sampai di rumah sakit, ku
jumpa beberapa temanku. Ya, teman-temanku yang sempat hilang. Setelah tak
bertemu. Awalnya aku biasa. Aku masih seperti aku. Aku tidak banyak melihat
perubahan dalam mereka. Ya, mereka sudah besar, sudah pandai memakai make up.
Ada juga yang masi sama. Tidak menggunakan make up. Ada juga yang berkaoskaki.
Aku sengaja memakai celana kain, karena mikirku aku ingin terlihat seperti anak
yang kuliah pada umumnya. Jujur, aku sedikit risih dengan anggapan anak uin
pasti pakek rok. Jadi, ak bercita-cita menggunakan celana ketika bermain.
Kita berangkat bareng. Sampai di TKP kami disambut
dengan tuan rumah. Satu persatu teman-temanku yang hampir ilang ini datang dan
meramaikan suasana. Awalnya, aku masih menggunakan bahasa jawa khas malangan
yang sering ku gunakan. Kau tau kawan? Ak sudah terlanjur nyaman dengan bahasa
itu. Tapi lihat, ketika aku berbicara dengan mereka teman ku yang hampir
hilang. Aku merasa paling kasar. Aku merasa paling berbeda. Sebagian dari
mereka ada yang belajar di daerah Surabaya, malang, Madura, nganjuk, Jogja, dsbg.
Tapi, logat mereka masih sama.
Aku hanya menanyai teman – teman tentang kesibukan
mereka. Kau tau? Sebagian dari mereka adalah lulusan pesantren. Dan hal itu
baru aku sadari ketika selesai makan. Betapa aku tidak peka dengan hal itu.
Satu lagi yang aku sadari, mereka menggunakan rok dan berjilbab panjang, atau
endak menggunakan gamis/jubah. Sementara aku, hanya menggunakan celana bahan
dengan baju panjang selutut dan jilbab paris. Ketika mereka berfoto, bersama,
aku baru sadar. Ini seharusnya aku. Aku dulu juga seperti mereka. Masih polos.
Tak berkata kasar. Sekalipun kasar tapi tak sekasar sekarang.
Ini yang membuatku tersadar. Ternyata aku tak ada
apa-apa dibandingkan mereka. Mereka seperti cermin masa laluku. Mereka seperti
harusnya aku yang sekarang. Mereka seperti aku yang dulu. Mereka ya
teman-temanku yang hampir hilang ini, tak sama dengan pribadiku yang sekarang.
Kita teman, tapi seperti di ruang yang berbeda. Ini
juga aku rasakan ketika kita makan. Mereka berkoloni masing-masing. Aku sekejap
seperti terdampar di dunia lain. Apa ini yang dinamakan kebersamaan? Ketika
bukber pramuka dirumahku, kami tak berkoloni. Kami makan di satu lingkaran.
Jelas terasa berbeda. Aku bukan aku.
Ketika aku berfikir akan melaksanakn teraweh di
rumah saja, temanku cowok malah ngajak berjamaah. Why not? Pikirku..
teman-teman ku yang hampir hilang ini sungguh berubah. Ada yang menjadi baik
dan juga ada yang masih di tempat yang sama, itu aku. Aku seperti jauh dari
mereka. Jauh berbeda dan tidak bisa mengimbangi mereka. Mereka seperti orang
asing. Tapi, teman tetap teman. Sekalipun kau tak pernah melihatnya dan hampir
hilang. Alhamdulilah.
ditulis saat bulan Ramadan, tgl 13 Juni.
Komentar
Posting Komentar