Bom Pra Solat Ied
Kejadian ini terjadi saat Idul qurban. Sebenarnya tidak hanya idul qurban. Saat idul fitri pun juga ramai di masyarakat desaku.
Pagi itu aku hendak ke masjid untuk melaksanakan shalat Ied Qurban. Karena ak bersama teman aku memutuskan untuk berjalan kaki menuju masjid (ya, biasanya aku naik motor). Saat hendak sampai di Masjid segerombolan anak muda menghentikan kami agar tidak berjalan dahulu. Kami kemudian berhenti. Ada satu anak muda yang berjalan ke tengah keramaian dan membawa sebuah kertas yang di gulung, bentuknya tabung dan ada sumbu diatasnya. Benda itu kemudian dinyalakan dengan korek api dan menunggu beberapa detik suara ledakan layaknya bom akan terdengar.
Ya, bendanya bernama mercon. Bunyinya menyebalkan karena memekakan telinga dan mempercepat detak jantung pasca diledakkan. Bunyi dari mercon itu berat seperti hantaman. Sebenarnya bunyinya lebih mirip seperti bom pada umunya. Mercon berukuran kira kira tinggi 20 cm dan diameter sekitar 5cm ini yang neramaikan masjid ketika shalat Idul Adha atau Solat Idul Fitri. Sebelum solat dilaksanakan warga beramai-ramai menyalakan mercon ini. Aku tidak tahu siapa yang memulai kebiasaan ini. Karena idul fitri dan idul adha tahun lalu tidak ada kebiasaan menyalakan mercon didepan masjid Pra Solat Idul Fitri atau Idul Adha. Mercon ini tidak dibeli di toko atau warung. Pemuda desa membuatnya sendiri saat malam takbiran.
Setelah kami berhenti sekitar dua menit pasca mercon diledakkan kami akhirnya bisa masuk ke masjid dan mendapat shaf solat. Kali ini Idul Adha tida ramai seerti Idul Fitri. Tapi, kami mendapat tempat solat di luar masjid yang disisi kiri kami beberapa meter tempat mercon diledakkan. Kaum ibu-ibu yang paling heboh dan rajin menutup kuping saat mercon dinyalakan. Kami selalu melihat apakah mercon akan dinyalakan arau tidak. Jika dinyalakan maka kami akan bersiap menutup kuping. Masalahmya jika tidak begitu kita akan kaget dan yaaaa jantung akan berdetak lebih cepat.
Sebenarnya jika aku boleh berpendapat aku tidak setuju dengan adanya mercon yang dinyalakan pra solat idul fitri atau idul adha. Alasanya simpel aku tidak suka mercon. Sungguh tidak suka. Selain itu pemerintah melarang penjualan mercon atau menyalakan mercon. Selain berbahaya, mercon juga tidak menambah khuyusk saat berdoa. Berapa orang yg takut jika mercon dinyalakan. Biarpun dikata penyalaanya aman,namun kita tetap harus waspada. Masalahnya adalah mercon ini dinyalakan pra Solat Idul Adha atau Idul fitri yang jamaah solatnya pasti beramai-ramai mendengungkan takbir. Bagaimana kita akan mengumandangkan takbir jika kita selalu berfokus untuk menyelamatkan kuping dan jantung kita dari ledakan ala ala bom Nazi??
Okelah esensinya neramaikan. Apa meramaikan juga berarti membuat tidak nyaman dan tidak fokus?? Mengapa harus diramaikan pra Solat dengan mercon bom?? Kenapa tidak pasca saja? Bukan dengan mercon bom itu tapi dengan kegiatan lain. Memukul bedug sambil takbiran misal. Dariada harus meramaikan namun tidak membuat nyaman. Daripada meramaikan namun jadi tidak tenang. Daripada meramaikam tpi lupa esensi idul Adha.
Pilihan meramaikan dengan mercom bom itu selain tidak enak di hati atau di telinga. Sampah yang ditimbulkan juga sangat berdampak. Kertas kertas berceceran di depan pintu masuk masjid. Siapa yang akan membersihkanya? Ya tentu rumah yang dekat dengan masjid. Kok ya ndak mikir gtu dampak dari mercon selain berbahaya juga menyampah. Ini sampahnya banyak sekali lo. Saking banyaknya potongan kertas mercon itu ada hingga kita berjalan dua meter dari pintu masjid. Tanggung jawab dari pembuat onar bener-bener nol besar.
Masyarakat desa sendiri juga beramai ramai mendukung aksi ini. Padahal secara naluri mereka sudah tau jika itu berbahaya. Aku sebagai masyarakat perempuan tentu tidak mendukung. Tapi bagaimana lagi jika tidak didengar karena aku masih dianggap anak kecil yang lahir kemarin sore. Apa iya mereka harus menunggu korban baru akan berhenti untuk menyalakan petasan bom itu?? Semoga tidak.
Pagi itu aku hendak ke masjid untuk melaksanakan shalat Ied Qurban. Karena ak bersama teman aku memutuskan untuk berjalan kaki menuju masjid (ya, biasanya aku naik motor). Saat hendak sampai di Masjid segerombolan anak muda menghentikan kami agar tidak berjalan dahulu. Kami kemudian berhenti. Ada satu anak muda yang berjalan ke tengah keramaian dan membawa sebuah kertas yang di gulung, bentuknya tabung dan ada sumbu diatasnya. Benda itu kemudian dinyalakan dengan korek api dan menunggu beberapa detik suara ledakan layaknya bom akan terdengar.
Ya, bendanya bernama mercon. Bunyinya menyebalkan karena memekakan telinga dan mempercepat detak jantung pasca diledakkan. Bunyi dari mercon itu berat seperti hantaman. Sebenarnya bunyinya lebih mirip seperti bom pada umunya. Mercon berukuran kira kira tinggi 20 cm dan diameter sekitar 5cm ini yang neramaikan masjid ketika shalat Idul Adha atau Solat Idul Fitri. Sebelum solat dilaksanakan warga beramai-ramai menyalakan mercon ini. Aku tidak tahu siapa yang memulai kebiasaan ini. Karena idul fitri dan idul adha tahun lalu tidak ada kebiasaan menyalakan mercon didepan masjid Pra Solat Idul Fitri atau Idul Adha. Mercon ini tidak dibeli di toko atau warung. Pemuda desa membuatnya sendiri saat malam takbiran.
Setelah kami berhenti sekitar dua menit pasca mercon diledakkan kami akhirnya bisa masuk ke masjid dan mendapat shaf solat. Kali ini Idul Adha tida ramai seerti Idul Fitri. Tapi, kami mendapat tempat solat di luar masjid yang disisi kiri kami beberapa meter tempat mercon diledakkan. Kaum ibu-ibu yang paling heboh dan rajin menutup kuping saat mercon dinyalakan. Kami selalu melihat apakah mercon akan dinyalakan arau tidak. Jika dinyalakan maka kami akan bersiap menutup kuping. Masalahmya jika tidak begitu kita akan kaget dan yaaaa jantung akan berdetak lebih cepat.
Sebenarnya jika aku boleh berpendapat aku tidak setuju dengan adanya mercon yang dinyalakan pra solat idul fitri atau idul adha. Alasanya simpel aku tidak suka mercon. Sungguh tidak suka. Selain itu pemerintah melarang penjualan mercon atau menyalakan mercon. Selain berbahaya, mercon juga tidak menambah khuyusk saat berdoa. Berapa orang yg takut jika mercon dinyalakan. Biarpun dikata penyalaanya aman,namun kita tetap harus waspada. Masalahnya adalah mercon ini dinyalakan pra Solat Idul Adha atau Idul fitri yang jamaah solatnya pasti beramai-ramai mendengungkan takbir. Bagaimana kita akan mengumandangkan takbir jika kita selalu berfokus untuk menyelamatkan kuping dan jantung kita dari ledakan ala ala bom Nazi??
Okelah esensinya neramaikan. Apa meramaikan juga berarti membuat tidak nyaman dan tidak fokus?? Mengapa harus diramaikan pra Solat dengan mercon bom?? Kenapa tidak pasca saja? Bukan dengan mercon bom itu tapi dengan kegiatan lain. Memukul bedug sambil takbiran misal. Dariada harus meramaikan namun tidak membuat nyaman. Daripada meramaikan namun jadi tidak tenang. Daripada meramaikam tpi lupa esensi idul Adha.
Pilihan meramaikan dengan mercom bom itu selain tidak enak di hati atau di telinga. Sampah yang ditimbulkan juga sangat berdampak. Kertas kertas berceceran di depan pintu masuk masjid. Siapa yang akan membersihkanya? Ya tentu rumah yang dekat dengan masjid. Kok ya ndak mikir gtu dampak dari mercon selain berbahaya juga menyampah. Ini sampahnya banyak sekali lo. Saking banyaknya potongan kertas mercon itu ada hingga kita berjalan dua meter dari pintu masjid. Tanggung jawab dari pembuat onar bener-bener nol besar.
Masyarakat desa sendiri juga beramai ramai mendukung aksi ini. Padahal secara naluri mereka sudah tau jika itu berbahaya. Aku sebagai masyarakat perempuan tentu tidak mendukung. Tapi bagaimana lagi jika tidak didengar karena aku masih dianggap anak kecil yang lahir kemarin sore. Apa iya mereka harus menunggu korban baru akan berhenti untuk menyalakan petasan bom itu?? Semoga tidak.
Komentar
Posting Komentar